Sunday, September 10, 2006

Mamaku pernah bilang, "Semua hal itu kan pasti ada sisi positifnya, jadi jangan pernah merasa kecil hati. Pasti deh akan ada hal baik yang bisa kamu petik dari masalah ini."

Ternyata membuka hati tuk memberi jalan pada sinar matahari memang lebih menyenangkan. Tak hanya kehangatan, tetapi juga kelegaan hati dan pikiran yang postif. Yah, setidaknya semua kemarahan itu lumer seketika.

Menduga-duga memang tak lebih baik dari menuju pada masalah. Menyimpan semua prasangka tak kan mampu menyelesaikan masalah. Semua hanya akan memperburuknya saja

Wednesday, September 06, 2006

Sepi

Saat kesepian menghampiri dan semua sahabat beranjak menjauh. Aku kembali pada malam. Bahkan kekasih yang bersumpah setia sehidup semati pun tak mampu mengisi kekosongan hati. Aku hancur remuk. Tak ada yang mau menepati janji. Saat kesedihan mendekati aku hanya punya sepi dan sendiri. Melawan semua kegalauan hati dengan sepi. Sepi bagai mati.

Esok aku tak mau mati. Meski harus berteman sepi aku tetap tak mau mati. Biar kubunuh semua rasa sepi meski aku harus lelah menanti. Saat ini mungkin kau sedang menari. Menari dalam mimpi. Menertawaiku dalam menunggu mati.

Ah, biar saja.

Mati di sini tak harus mati di sana. Kehilangan kekasih saja aku tak harus mati. Apalagi Cuma kamu pengacau hati.

Hari ini mungkin sepi. Esok tak akan lagi. Karena aku belum mati. Aku masih punya mimpi.Walau hanya tuk melawan sepi. Bila bukan nanti, mungkin esok lagi. Yang pasti aku belum mati.

Malam

Dan malam cepatlah menjadi kelam. Biarkan aku lelap dan tenggelam dalam mimpiku.
Berlari, menari, tertawa bersamamu. Aku rindu.

Sumpah aku rindu kamu. Persetan dengan mereka. Aku rindu. Aku mau tertawa dan berjalan bersamamu menapaki senja bersama. Kita akan berkejaran dengan waktu dan mata dengan pandangan yang akan bertanya, “Ada apakah di antara kita?” Lalu aku akan tertawa mendengar leluconmu, tak peduli itu lucu atau garing aku tetap akan tertawa. Tertawa sekeras aku bisa. Biar saja orang piker aku gila yang penting aku bahagia. Bahagia karena aku bersamamu. Bahagia karena aku memang bahagia.

Entah mengapa saat bersamamu kudapati diriku lebih banyak tertawa, bahkan untuk hal yang mungkin untuk orang lain dianggap tidak lucu. Aku menikmatinya.

Merindukanmu Lagi

Merindukanmu lagi. Meski ku tau penantianku tak akan pernah bertitik. Aku tetap saja merindukanmu. Melukiskan wajahmu dalam dinding-dinding kamarku atau menuliskan namamu dalam coretan buku diaryku, sambil sesekali menyenandungkan namamu dalam laguku. Aku merindukanmu.

Meski jutaankali aku mencoba menepis perasaan itu, jutaan kali pula aku gagal. Selalu saja kamu. Tak mengerti mengapa harus kamu?

Malam ini aku kembali mencari bayangmu. Meniti semua ruang barangkali ada bayangmu yang terlewat. Mengapa mengenangmu selalu saja indah? Padahal aku tahu, percuma saja menyeret bayangmu kembali karena kau tak akan pernah kembali untukku.

Tuesday, September 05, 2006

Kalah

Dan malam adalah sahabat terbaik bagiku. Saat semua mata terlelap dalam kelelahan dan manusia memeluk kemenangan yang diraihnya hari ini. Bersahabat malam aku kembali menapaki lagi liku yang pernah kulalui. Kekalahan. Mengapa aku hanya menemui kekalahan, pun dalam peperangan yang belum dimulai. Pathetic! Memalukan! Apalagi saat kuingat wajah-wajah penuh belas kasihan yang menatapku.. I am so pathetic!

Tak ada tempat bagiku di siang hari. Aku hanya sebongkah kisah yang tak layak untuk diceritakan atau diperdebatkan. Aku hanyalah sebuah cerita sedih kehidupan yang tak mampu melawan kemalangan dan selalu menuai ungkapan belas kasih. Memalukan!

Kini malam hampir usai, aku masih belum mau terlelap. Biarkan aku kembali berjalan kembali bertemu matahari. Masih mampukah aku?