Where is it?
Setelah kita saling berkirim email tadi siang, rasanya aku kangen banget sama kamu. Kangen sama celotehmu, ekspresi bodohmu, guyonanmu, pokoknya semuanya deh yang punya kamu. Meski logikaku sudah mencoba melarangku untuk datang kembali ke bagian memoriku saat bersamamu, tapi rasanya batin ini jadi tenang kalo lagi ingat kamu.
Aku tahu kalo untuk jalan bareng kamu itu nggak mungkin. Lha wong jatuh cinta sama kamu aja uah salah kok, apalagi mau sayang-sayangan berdua. Tapi sumpah aku kangen. Seperti kata yang selalu kutulis saat mengakhiri e-mailku “I Miss you Sooo….” Itu beneran lho, sungguh deh aku sangat-sangat kangen sama kamu. Meski sebagian akal sehatku merasa malu menuliskan kata-kata itu, tapi sebagian lagi cuek bebek lantaran gak sanggup lagi menyimpan rasa kangen ini. Lagi pula kaku yakin banget kalo kamu gak bakalan mikir apa-apa tentang kalimat “I miss you sooo….”, itu. Bukankah kita teman, wajar kan kalo teman saling rindu. *Hehehehe…itu sih cuma justifikasi aku aja tentang kamu, meskipun aku berharap kamu nggak nyadar akan hal itu.
Seandainya cinta itu bisa diatur dengan logika, pastinya gak ada orang yang stresss gara-gara suka sama orang yang salah.
Duh sampai saat ini aku masih mencari-cari kemana perginya logika yang kupunya itu?
0 Comments:
Post a Comment
<< Home