Sunday, July 30, 2006

cant take that away

Can't Take That Way

They can say
anything they want to say
try to bring me down
But I will not allow
anyone to succeed
hanging clouds over me
And they can try
Hard to make me feel that I
Don't matter at all
But I refuse to falter in what I believe
or loose faith in my dreams

Cause there's
Theres a light in me
That shines brightly.
They can try,
but they can't take that away from me.

Oh, they
They can do, anything they want, to you.
If you let them in.
But they won't ever win,
if you cling to your pride and just push them aside.
See I, I have learned
There's an inner peace I own.
Something in my soul,
that they cannot possess.
So I won't be afraid,
and the darkness will fade.

Cause there's,
theres a light in me.
That shines, brightly. yes
They can try, but they can't take that away from me.

No, they can't take this,
precious love I'll always have inside me.
Certainly the lord will guide me,
where I need to go.

Oh, oh, they can say.
Anything they want to say.
Try to bring me down.
But I won't face the ground,
I will rise steadily,
sailing out of their reach.
Oh lord, they do try.
Hard to make me feel, that I.
Don't matter at all.
But I refuse to falter,
in what I believe or loose faith in my dreams.
Cause there's, theres a light in me.
That shines, brightly.....yes

They can try, but they can't take that away from me.
From me....


Sebuah lagu dari Mariah Carey yang dikirimin oleh seorang teman untukku. Kini jadi salah satu lagu yang menginspirasi gue untuk tetap hidup dan bertahan. I'll stay and u cant take that away from me


You may speak out loud but I may not listen to you...

Friday, July 28, 2006

Sahabatku,

Biarkan aku melangkah
jangan bebani langkahku dengan langkahmu
tanpa mu pun aku telah terseok

Sahabatku,
jangan dorong aku masuk ke lembahmu
itu bukan tempatku

Sahabatku,
jangan jadikan aku dirimu
terimalah aku apa adanya
biarkanlah aku merasa nyaman dengan diriku
aku bukan kamu
kamu pun bukan aku

Sahabatku,
tertawalah saat kemenanganmu tiba,
aku kan menangis bahagia untukmu
daan berbahagialah untuk kemenanganku
karena itu kemenangan kita bersama

Sahabatku,
Aku lelah
lelah mengikuti jalanmu yang tak kunjung berujung

sahabat

Dont walk infront of me, I may noe follow
Dont walk behind me, I may not lead
Just walk besides me adn be my friend

-Albert Camus-

Begitulah seharusnya teman sejati. Selalu seiring bersama tak ada yang memimpin atau pun dipimpin. Tak saling menjatuhkan tapi saling berangkulan. Suka dan duka dilalui bersama. Tak ada yang merasa menang atau dikalahkan. Semua sama

Aku adalah sahabatmu dan kau juga sahabatku. Aku kan menemanimu ke mana pun kau pergi dan temanilah aku ke mana pun ku mau.

Ibuku bilang peliharah hubunganmu baik-baik dengan sahabat-sahabatmu. Tertawalah bersama dan menagislah bersama. Terangilah jalannya saat gelap, dan sadarkannya saat ia lelap. Kelak ia kan melakukan yang sama kepadamu.

Wednesday, July 26, 2006

Being Nice Person

Be nice person", kata-kata itu selalu terngiang di kepalaku. Sekaligus menjadikan salah satu pemicu bagi diriku untuk selalu berusaha untuk berperilaku menyenangkan di hadapan semua orang. Tapi, sayangnya tidak semua orang mampu mengartikan maksud itu.


Aku masih ingat saat pertama kali melangkahkan kaki ke tempat ini. Saat itu aku berharap akan mendapatkan sahabat-sahabat baru di sini. Berbekalkan sebuah artikel yang ditulis pada sebuah majalah wanita, aku mencoba untuk bersikap sebaik mungkin. Seramah mungkin, agar kelak aku mendapatkan banyak teman di sini.


Dalam majalah itu ditulis, "Cobalah berbaik hati pada orang di sekitar Anda, tawarkan bantuan, atau kerjakan sesuatu tanpa harus menunggu perintah." "Yah, aku melakukannya." Tersenyum dan mencoba ramah pada semua orang, menawarkan beberapa bantuan pada orang-orang di sekelilingku dan mengerjakan sesuatu yang dapat kulakukan tanpa harus disuruh. Namun itulah awal kesalahanku.


Untuk berada di lingkungan baru, kita juga diminta untuk bersikap fleksibel. "Kita belum tahu karakter orang-orang di sekeliling kita, maka bersikaplah berhati-hati. Bila mereka mengajak Anda bercanda, atau meledek Anda bahkan dengan sedikit celaan sebaiknya Anda terima." Dan inilah salah satu kesalahan terbesarku.


"Bila teman Anda senang bergosip, mungkin Anda perlu mendengarkannya tanpa harus terlibat di dalamnya. Namun, bila sudah berjalan selama beberapa bulan Anda juga perlu membuka diri. Ungkapkan pendapat Anda tentang gosip yang ia sampaikan, asalkan jangan sampai berlebihan." Makanya, saaat salah seorang temanku ngajak nggosip aku mencoba memberikan pendapatku, meski tetap berusaha bersikap netral. Dan ini satu lagi kesalahanku.


Semua usaha yang kulakukan berdasarkan saran dari majalah wanita itu rupanya justru menyeretku semakin dalam ke masalah yang tak kunjung usai. Ternyata teman-temanku justru memanfaatkan keadaan itu. karena aku dianggap ringan tangan, kini bukannya meminta "bantuan" tapi memintaku melakukan sesuatu dengan nada lebih cenderung 'menyuruh'. Jadilah aku orang yang seringkali disuruh-suruh dan bukan orang yang dimintai "bantuan." Bahkan tak jarang mereka memarahiku bila aku tak mau melakukan pekerjaan itu,"@&%#*!"


Sikap mengalahku dan kepasarahanku ketika dicela pun semakin menguatkan dominasi mereka. "OH NO!" Bila saja mereka hanya mencela, ya m e n c e l a sambil bercanda aku tak akan sakit hati. Aku sudah terbiasa dijadikan bahan celaan dan aku tak keberatan. Tapi kali ini semua kuanggap k e t e r l a l u a n. Kini yang hadir buakn berupa celaan melainkan sindirian. Sindiran yang menurutku sangat menyebalkan, bahkan untuk sesuatu yang tak kulakukan.


Sikap pasrahku ternyata diartikan lain, bukannya menjadi semakin baik mereka malah semakin menjajahku dalam segala bidang. Bahkan untuk menentukan pakaian dalam yang kubeli pun, mereka selalu turut campur. " O M G!"


Hari ini aku memulai lagi hariku yang baru. Mungkin punya banyak teman dan menyenangkan semua orang memang enak. Merasa nyaman dengan jadi diri sendiri saja sepertinya lebih baik. Lagipula sulit rasanya ntuk dapat menyenangkan semua orang yang penting sekarang aku nyaman dengan diriku sendiri.


Be nice person", kata-kata itu selalu terngiang di kepalaku. Sekaligus menjadikan salah satu pemicu bagi diriku untuk selalu berusaha untuk berperilaku menyenangkan di hadapan semua orang. Tapi, sayangnya tidak semua orang mampu mengartikan maksud itu.


Aku masih ingat saat pertama kali melangkahkan kaki ke tempat ini. Saat itu aku berharap akan mendapatkan sahabat-sahabat baru di sini. Berbekalkan sebuah artikel yang ditulis pada sebuah majalah wanita, aku mencoba untuk bersikap sebaik mungkin. Seramah mungkin, agar kelak aku mendapatkan banyak teman di sini.


Dalam majalah itu ditulis, "Cobalah berbaik hati pada orang di sekitar Anda, tawarkan bantuan, atau kerjakan sesuatu tanpa harus menunggu perintah." "Yah, aku melakukannya." Tersenyum dan mencoba ramah pada semua orang, menawarkan beberapa bantuan pada orang-orang di sekelilingku dan mengerjakan sesuatu yang dapat kulakukan tanpa harus disuruh. Namun itulah awal kesalahanku.


Untuk berada di lingkungan baru, kita juga diminta untuk bersikap fleksibel. "Kita belum tahu karakter orang-orang di sekeliling kita, maka bersikaplah berhati-hati. Bila mereka mengajak Anda bercanda, atau meledek Anda bahkan dengan sedikit celaan sebaiknya Anda terima." Dan inilah salah satu kesalahan terbesarku.


"Bila teman Anda senang bergosip, mungkin Anda perlu mendengarkannya tanpa harus terlibat di dalamnya. Namun, bila sudah berjalan selama beberapa bulan Anda juga perlu membuka diri. Ungkapkan pendapat Anda tentang gosip yang ia sampaikan, asalkan jangan sampai berlebihan." Makanya, saaat salah seorang temanku ngajak nggosip aku mencoba memberikan pendapatku, meski tetap berusaha bersikap netral. Dan ini satu lagi kesalahanku.


Semua usaha yang kulakukan berdasarkan saran dari majalah wanita itu rupanya justru menyeretku semakin dalam ke masalah yang tak kunjung usai. Ternyata teman-temanku justru memanfaatkan keadaan itu. karena aku dianggap ringan tangan, kini bukannya meminta "bantuan" tapi memintaku melakukan sesuatu dengan nada lebih cenderung 'menyuruh'. Jadilah aku orang yang seringkali disuruh-suruh dan bukan orang yang dimintai "bantuan." Bahkan tak jarang mereka memarahiku bila aku tak mau melakukan pekerjaan itu,"@&%#*!"


Sikap mengalahku dan kepasarahanku ketika dicela pun semakin menguatkan dominasi mereka. "OH NO!" Bila saja mereka hanya mencela, ya m e n c e l a sambil bercanda aku tak akan sakit hati. Aku sudah terbiasa dijadikan bahan celaan dan aku tak keberatan. Tapi kali ini semua kuanggap k e t e r l a l u a n. Kini yang hadir buakn berupa celaan melainkan sindirian. Sindiran yang menurutku sangat menyebalkan, bahkan untuk sesuatu yang tak kulakukan.


Sikap pasrahku ternyata diartikan lain, bukannya menjadi semakin baik mereka malah semakin menjajahku dalam segala bidang. Bahkan untuk menentukan pakaian dalam yang kubeli pun, mereka selalu turut campur. " O M G!"


Hari ini aku memulai lagi hariku yang baru. Mungkin punya banyak teman dan menyenangkan semua orang memang enak. Merasa nyaman dengan jadi diri sendiri saja sepertinya lebih baik. Lagipula sulit rasanya ntuk dapat menyenangkan semua orang yang penting sekarang aku nyaman dengan diriku sendiri.